dari Bayu Putra Abuna ini Kembali mengisi ilmuini.com setelah Lama tidak Posting Tentang Cerpen Yakni
. Kini
siap Untuk menghadirkan Cerpen Cerpen Berikutnya.
Apakah yang sering kalian lakukan saat hujan turun, kali ini aku akan berbagi sebuah cerita tentang yang dilakukan perempuan dikala hujan turun.
Dulu lagi marak-maraknya semua temanku memiliki facebook, salah satu social media untuk mempererat silaturahmi. Saat itu akupun tak mau ketinggalan takut dibilang tak mengikuti perkembangan zaman, alhasil aku juga membuat facebook sama seperti teman-temanku.
Setelah aku mengenal facebook hari-hariku hanya sibuk dengan status-status berharap semua orang tahu apa yang saat ini sedang aku kerjakan. Sampai pada suatu hari aku membuka facebook ada pemberitahuan permintaan pertemanan seorang perempuan yang tak kukenal namun foto profil di akun facebook-nya itu seorang perempuan berkulit putih dan cantik, tanpa pikir panjang aku menerima permintaan pertemanannya.
Keesokan harinya saat aku buka facebook, ada tulisan di berandaku “thanks ya udah konfirmasi, salam kenal” ujar Yuna nama facebooknya. Akupun mengomentari tulisan itu “welcome..” tulisku singkat. Entah berapa lama, facebookku berbunyi yang menandakan ada orang yang mengirimkan pesan lewat obrolan. Ternyata itu Yuna.
“thanks ya udah konfirmasi”
langsungku jawab “iya sama-sama”
lama ia tak membalas chat-ku,
“kalau boleh tahu, nama kamu siapa?” Tanyaku memberanikan diri.
“ya sama seperti di FB-ku lah”
“Ooo gitu, kalau aku Putra salam kenal ya”
Lama kami ngobrol cerita tentang kesibukan, hobi, tempat tinggal sampai pacar. Tapi saat aku bertanya tentang pacar dia selalu mengalihkan pembicaran kami dan obrolan kami ditutup dengan pertukaran nomor Hp.
Setelah pertukaran nomor hp itu kami selalu telepon-teleponan, sampai akhirnya aku mengajak dia ketemuan di kafe yang dekat dengan rumah dia nanti sore pukul 5. Awalnya dia tak mau diajak ketemuan, tapi aku selalu memohon-mohon dan akhirnya aku bisa membuat hatinya luluh dan diapun mengiakan pertemuan itu.
Baru pukul 4 sore aku sudah berangkat dari rumah menuju kafe tempat kami janjian untuk ketemuan, aku takut dia yang lebih dulu datang soalnya rumah dia dekat dengan kafe itu, selain itu langit sore itu mendung takut hujan turun. Setelah beberapa saat aku telah sampai ditempat tujuan dan jam masih menunjukan pukul 4.30. Artinya masih 30 menit lagi aku menunggu Yuna dan segera menuju tempat yang masih kosong.
Tak lama aku duduk muncul seorang perempuan berbaju hijau di depan kafe, “itu pasti Yuna” gumamku dalam hati seperti katanya waktu ditelepon dia akan memakai baju warna hijau. Aku berdiri dari tempat dudukku.
“Yuna ya” tanyaku sambil menyodorkan tangan.
“iya, kamu Putra kan?” sambil menyambut sodoran tanganku.
Ternyata Yuna itu orangnya sangat cantik melebihi foto profil di FB-nya. Sesekali aku menatap wajahnya dan dibalasnya dengan senyum. Bahagia sekali rasanya aku bisa kenal dengan Yuna.
|
Cerpen Kisah Cinta |
Setelah kami bicara sana-sini terdengar suara petir dari langit dengan kilatannya yang membuat Yuna keget dan terdiam sampai pucat wajahnya. Aku pikir itu biasa kalau perempuan dengar petir kaget dan terdiam seperti Yuna saat itu. Tapi setelah hujan turun, Yuna begitu histeris dengan air mata yang mengalir dari matanya membasahi pipinya dan diiringi dengan teriakan-teriakan “tolong…tolong” yang keluar dari mulutnya. Aku dan pengunjung kafe sontak kaget melihat sosok Yuna yang tiba-tiba histeris, aku coba mendekatinya untuk menenangkannya, tapi aku tak berhasil dia malah tambah histeris dan menuju kejalan raya sambil berteriak “tolong…tolong” dengan tangannya mengepal bajunya. Aku kebingungan apa yang harus aku lakukan, namun setelah itu hujan berlahan berhenti dan secara ajaibnya Yuna yang sangat histeris tadi juga perlahan berhenti beriringan dengan berhentinya hujan.
Aku ajak Yuna yang mulai tenang masuk ke kafe. Aku berikan dia teh hangat untuk menghangatkan kondisinya.
“maaf ya put” katanya sambil menyeduh teh hangat.
“iya, ga papa. Memangnya kamu kenapa yun?” tanyaku perihal kejadian itu.
“nanti kamu juga tahu” jawabnya minta ditebak.
Aku melihat badan Yuna gemeteran dan segera aku lepas jaket yang aku kenakan dan ku letakkan ditubuh Yuna.
Saat pulang aku berpikir kenapa Yuna sampai histeris seperti itu. Ah masa bodoh yang jelas aku bahagia bisa mengenal Yuna sosok perempuan yang aku idam-idamkan. Setelah pertemuan itu kami selalu jalan berdua, hingga akupun memutuskan untuk melangkah kejenjang yang lebih tinggi dari pertemanan yaitu, pacaran.
Ternyata Yuna orangnya ramah, penyanyang, perindu dan yang paling penting dia orangnya sangat perhatian. Apalagi saat aku meninggalkannya dalam beberapa hari keluar kota untuk bekerja, dia selalu bilang “jangan lupa makan, istirahat agar tidak sakit dan kita bisa ketemu deh” perintah Yuna sambil tertawa. Aku yang mendengar perkataan Yuna merasa kalau aku begitu berharga buat dia. “iya sayang…tenang aja ko”
Sampai suatu malam aku dan keluargaku mengundang keluarga Yuna untuk makan malam bersama di rumahku. Saat itu aku dan keluargaku sudah mempersiapkan kejutan untuk Yuna dan keluarganya.
“tok..tok..” suara pintu diketuk. Aku yang sudah rapi menuju kearah pintu untuk membukanya.
“selamat malam” sapaku kepada Yuna dan keluarganya. Hanya dibalas dengan senyuman yang serempak dari Yuna dan keluarganya.
“silahkan masuk” ajakku.
Kami langsung menuju tempat ruang makan yang disana sudah ada keluargaku.
Sebelum makam, aku berdiri dari tempat dudukku dan mendekat kearah Yuna.
“aku merasa kamulah yang ditakdirkan Tuhan untuk menjadi pasangan hidupku, aku merasa tenang saat ada didekatmu….”
Yuna yang mendengarkan aku bicara hanya senyam-senyum saja, mungkin dia malu dilihat keluargaku dan keluarganya.
Tanganku mengambil sebuah cincin yang sudah aku persiapakan disaku celanaku.
“will marry me?” tanyaku sambil menatap mata Yuna dan memegang cincin ditangan kananku.
Lama Yuna tak menjawab ajakanku hingga membuat keluargaku cemas, takut kalau Yuna tak mau.
“I will….” Jawab Yuna sambil tersenyum dan memandang orang tuanya.
Akupun segera memasukkan cincin kejari manisnya dan memeluk Yuna.
Dalam pelukku Yuna bertanya “kamu selalu ada untukku setiap waktukan?”
“iya dong, aku janji akan selalu ada waktu untukmu sayang…” jawabku sambil mencium keningnya.
Keluarga kamipun yang melihat aku melamar Yuna juga ikut senang melihat kami saling berpelukan.
Cerpen Kisah Cinta : Perempuan Hujan
Setelah itu kamipun hidup berdua di rumah yang telah aku persiapkan untuk pernikahan kami. Setiap hari Yuna selalu menyiapkan makanan untuk aku sebelum berangkat ataupun setelah pulang bekerja. Aku merasa pilihanku tepat untuk menjadikan Yuna sebagai pendamping hidupku.
Akhirnya setelah setahun dari pernikahan kami, Yuna dikabarkan telah hamil 2 bulan. Aku merasa tak lama lagi aku akan mempunyai anak dan menjadi seorang ayah. Sampai umur kehamilan Yuna 8 bulan, aku merasa uang tabunganku tidak cukup untuk biaya kelahiran anak pertama kami, akhirnya aku meminta kepada atasanku untuk penambah waktu kerjaku agar aku bisa membayar biaya persalinan Yuna. Atasanku mengizinkan aku untuk menambah waktu kerja, tapi dia menugaskanku bekerja di luar kota. Akupun mengiayakannya.
Aku cerita kepada Yuna, kalau aku minta penambahan waktu kerja untuk membayar biaya persalinannya nanti, aku takut tabunganku masih kurang tapi Yuna malah menjawab.
“ga usah deh, kalau kurang nanti aku minta sama orang tuaku” jawab Yuna.
“aku tak mau menyusahkan orang tua dalam keluarga kita, aku harus bertanggung jawab sebabgai suami aku harus memberikan kebahagian kepadamu dan anak kita kelak. Aku yakin kalau aku bisa membayar biaya persalinan kamu meskipun aku harus kerja mati-matian”
“makasih sayang…” lirih Yuna sambil menciumku dengan senyum.
Aku langsung memberi tahu kepada atasanku bahwa aku bersedia dikerjakan diluar kota dalam beberapa hari. Atasanku langsung memerintahkanku untuk besok pergi keluar kota, yaitu Bandung.
Akupun pamitan kepada Yuna, meskipun dia memperbolehkan aku bekerja diluar kota tapi aku tahu sebernarnya dia sangat berat dengan keputusanku.
“secepatnya aku akan kembali dan kita akan melihat anak pertama kita” kataku berat sambil tersenyum.
Yuna hanya tersenyum dengan air mata yang menghiasi wajahnya.
“telepon aku ya sayang bila kamu ada apa-apa?”
Lagi-lagi Yuna hanya menganggukan kepalanya sambil tersenyum.
Setelah sampai di Bandung aku telepon Yuna, ternyata dia lagi rebahan sambil mengusap-ngusap perutnya. Aku iri kerena saat ini aku tak bisa melakukan seperti yang dilakukan Yuna.
“jangan lupa makan dan istirahat” lagi-lagi Yuna mengingatkanku.
“iya sayang tenang aja”
“ya udah aku mau istirahat dulu ya…”
“iya, kabarin kalau ada apa-apa?” sahutku sambil menutup telepon.
Aku bekerja di Bandung kira-kira seminggu sebelum kelahiran anak pertamaku. Aku bekerja dari pagi hingga malam, kadang-kadang sampai pagi lagi. Meskipun lelah aku bekerja tapi semua pekerjaanku terasa ringan ku lewati sebabku bekerja bukan hanya untuk diriku sendiri melainkan untuk istri dan anakku kelak.
Di sore hari ditengah-tengah banyaknya tugas kerjaanku, hujan turun sangat lebat sekali hingga ku teringat pertama kali aku dan Yuna ketemuan di kefe dekat rumahnya yang membuat aku bernoslagia penuh dengan senyuman. Namun aku terkejut saat itu Yuna sangat histeris saat hujan turun. Akupun langsung menelpon Yuna. Dan ternyata tidak ada jawaban dari Yuna, aku telepon beberapa kali hingga terdengar suara orang meminta tolong, dan aku kenal suara itu, itu adalah suara Yuna yang sama persis saat kejadian pertama aku ketemuan dengan Yuna. Aku yang mendengar Yuna minta tolong histeris, akupun meminta izin kepada atasanku untuk pulang dengan alasan istriku sedang sakit. Atasanku mengizinkan permintaanku akupun segera pulang dengan keadaan cemas.
Setelah sampai dirumah ternyata barang-barang berserakan, aku teriak-teriak memanggil Yuna namaun tak ada jawaban, aku cek dikamarnya, kamar mandi hasilnya tak ada tanda-tanda Yuna. Akupun ingat saat pertama ketemuan dengan Yuna , Yuna juga seperti ini, dia juga histeris dan dia lari kejalan raya untuk meninta tolong. Akupun dalam hati berkata Yuna di jalan raya. Aku lari sekuat tenaga menembus hujan yang lebat, tapi aku masih tak menemui keberadaan Yuna. Hingga aku melihat dikejauhan orang bergerombol dipinggir jalan. Aku memutuskan mendekati gerombolan orang itu berharap Yuna ada disitu. Dan aku bertanya kepada salah satu orang yang ada disitu.
“ada apa itu pak?”
“katanya ada perempuan hamil yang ketabrak mobil”
Aku langsung menuju kesana dan berharap itu bukanlah Yuna, dan betapa terkejutnya aku saat aku melihat perempuan yang tak asing bagiku tergeletak dipinggir jalan dengan darah yang mengucur diselangkangannya.
“yunaa…”teriakku sambil menggendongnya berlari kerumah sakit terdekat.
Setelah sampai dirumah sakit, suster yang menanganinya aku pinta untuk semaksimal mungkin untuk menyelamatkan nyawa istri dan anakku. Suster itu hanya mengangguk sambil membawa Yuna ke Unit Gawat Darurat (UGD). Aku hanya bisa berdoa semoga istri dan anakku bisa selamat. Dan segera member tahu keluargaku dan keluarga istriku tentang keadaan istriku saat ini.
Setelah sejam kemudian, suster itu keluar dengan wajah yang tertunduk lesu mendekatiku.
“maaf pak, kami sudah menangani istri bapak semaksimal mungkin tapi Tuhan berkehendak lain”
“Maksudnya” jawabku minta dijelaskan lagi.
“istri dan janin yang ada diperut istri bapak tak bisa kami selamatkan”
Setelah mendengar itu akupun hanya menangis dan menangis, rasanya dunia ini tak berputar lagi, aku kehilangan perempuan yang sangat aku cintai serta kehilangan anakku. Orang tuaku hanya bisa menenangkanku setelah mendengar pernyataan suster. Orang tua Yuna juga ikut sedih mendengar anak sulungnya telah meninggal bersama cucunya.
Saat aku masuk keruangan UGD, aku langsung memeluk istriku dan mengusap anakku yang ada didalam perut istriku. Lalu tanpa kusadari ibu Yuna ada disampingku dan bercerita kepadaku.
Dulu Yuna itu mempunyai pacar namanya Buna dan mereka akan menikah, tapi sehari sebelum pernikahan mereka mengalami kecelakaan saat hujan deras hingga mengakibatkan calon suaminya meninggal akibat tak ada orang yang menolong Buna dan setelah kejadian itu Yuna selalu histeris dan pergi kejalan raya meminta pertolongan ketika hujan.
Aku selalu bertanya kepada diriku sendiri, kenapa Yuna tak menceritakan yang diceritakan ibunya kepadaku. Kalau aku tahu Yuna begitu pasti aku takkan meninggalkannya.
Maafkan aku Yuna yang tak bisa menepati janjiku untuk selalu ada setiap waktu untukmu, andaikan Tuhan memberiku kehidupan kedua pasti akan kutepati janjiku untuk selalu ada disampingmu dan kini aku tahu arti anggukan dan senyummu sebelum kepergianku.
TAMAT
Bayu Putra Abuna
@bayuputraabuna